Jarak tembak maksimum meriam ini mencapai 42 kilometer menggunakan amunisi khusus, uji coba lapangan pertama dilakukan di New Zealand. Pengoperasian meriam diawaki oleh 8 personel dan menggunakan mesin Diesel berdaya 75 hp untuk menggerakkan meriam secara mandiri (self propelled) dengan kecepatan 10 Km/jam tanpa perlu ditarik kendaraan pengangkut.
Pengembangan
FH-2000 merupakan pengembangan dari sistem meriam FH-88 yang pertama kali diproduksi pada tahun 1983 dengan menggunakan komponen yang sama. Pengembangan FH-2000 dimulai tahun 1990, dengan prototipe pertamanya diproduksi pada tahun 1991. Prototipe awal kemudian dikembangkan lebih lanjut lagi dan di tes kembali pada bulan Desember 1993.
Pada awalnya sejumlah meriam FH-88 banyak yang menggunakan kaliber laras 52 mm dan 39 mm, seiring dengan perkembangannya kaliber laras 52 mm dirasa cocok diaplikasi ke meriam generasi terbarunya (FH-2000).
Desain
Saat Howitzer digunakan platform pendukung penembakan menggunakan struktur tripod mekanis. Beban tembakan di transmit ke permukaan tanah melalui tripod ini, isolasi silinder hidrolik dari platform ini cukup handal untuk digunakan.
FH2000 juga dapat mengaplikasi serangkaian sistem pengamatan optik ke elektro-optik. Sistem pengamatan ini bisa dihubungkan kedalam kontrol penembakan di komputeri.
Di bagian belakang meriam menggunakan mekanisme semi-otomatis, bagian ini terbuka secara otomatis selama counter recoil digunakan. Kontrol elektronik dan hidrolik power mendorong ceklikan ram proyektil masuk ke ruang barel dengan konsistensi tinggi.
Pengguna
Pada tahun 1995, 18 meriam howitzer digunakan oleh Batalion Artileri 23 Singapore Army. Satu Batalion terdiri dari 3 battery artileri yang diperkuat oleh masing-masing 6 meriam.
Meriam ini pernah ditawarkan untuk di ekspor kebeberapa negara, dan TNI mengakuisisinya sebanyak 6 meriam Howitzer FH-2000. Saat ini meriam-artileri tersebut ditempatkan di Resimen II Artileri Medan (Armed)/ Sthira Yudha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar